MENENTUKAN POLA TANAM MENGGUNAKAM PETA TEMATIK UNTUK MEMINIMALISIR GAGAL PANEN

Perencenaan sumber daya air sangatlah penting untuk pertanian berkelanjutan. Salah satu kegagalan dalam bidang pertanian karena kita salah dalam memprediksi musim. Musim hujan untuk saat ini sangat sulit diprediksi namun tidak ada salahnya jika kita memprediksi dan mempunyai informasi mengenai curah hujan. Oleh karena itu perlu suatu metode untuk dapat menggambarkannya daya curah hujan menjadi sebuah peta tematik agar mudah diimengerti. Untuk pembahasan lebih lanjutnya silahkan baca dibawah ini.

Curah Hujan
Suatu unsur atmosfer yang jatuh ke bumi berbentuk suatu endapan berupa zat cair atau padat disebut hujan, endapan itu sendiri adalah cuarah hujan yang mana jumlahnya dihitung dalam mm atau inci dan dihitung 1 mm jika dalam permukaan ditutupi tinggi air 1mm dan tidak menguap (Tyasjono, 1995). Curah hujan diukur setiap jam menggunakan alat pencatat hujan baik secara manual maupun otomatis. Jika angka menunjukan 0,5 mm dibulatkan kebawah sehingga dianggap nol contoh jika tercatat curah hujan 2,1 maka ditulis 2,0 dan sebalinya.
Curah hujan dapat diukur dengan alat pengukur curah hujan otomatis atau manual. Alat-alat pengukur tersebut harus diletakan pada daerah yang masih alamiah, sehingga curah hujan yang terukur dapat mewakili wilayah yang luas. Curah hujan dibatasi sebagai tinggi air hujan (dalam mm) yang diterima di permukaan sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi dan peresapan/perembesan ke dalam tanah.
Salah satu tipe pengukur hujan manual yang paling banyak dipakai adalah tipe observatorium (obs) atau sering disebut ombrometer. Data yang didapat dari alat ini adalah curah hujan harian. Curah hujan dari pengukuran alat ini dihitung dari volume air hujan dibagi dengan luas mulut penakar. Alat tipe observatorium ini merupakan alat baku dengan mulut penakar seluas 100 cm2 dan dipasang dengan ketinggian mulut penakar 1.2 m dari permukaan tanah.
Menurut Asdak (2002) secara umum, ketelitian hasil pengukuran hujan akan meningkat dengan meningkatnya jumlah alat penakar hujan yang digunakan. Namun tingkat kerapatan alat pengukur curah hujan yang tinggi sering kali sulit mengaturnya di lapangan dan biayanya yang mahal. Untuk mengatasi keterbatasan alat pengukur dan ketepatan hasil pengukuran maka dibuat klasifikasi tentang karakteristik topografi, seperti ketinggian tempat, kemiringan lereng, dll.

Interpolasi
Metode deterministic sederhana dengan mempertimbangkan titik sekitarnya. Nilai suatu titik akan menjadi suatu luasan oleh karena itu kita dapat memetakan dengan data yang ada Sebelumnya terima Kasih kepada Prof. Dr. Indarto, S.TP., DEA karena telah membimbing saya hingga dapat memahami cara memetakan dengan data yang ada. Dan  Gambar dibawah ini adalah salah satu contohnya.
MENENTUKAN POLA TANAM MENGGUNAKAM PETA TEMATIK UNTUK MEMINIMALISIR GAGAL PANEN
Hujan Maksimal Bulanan


Dengan gambar diatas kita dapat mengetahui curah hujan masing-masing daerah dari data titik menjadi luasan dengan pemberian warna tiap klas yang berbeda. Kebetulan daerah penelitian saya yaitu Madura. Sehingga kita dapat merencanakan pola tanam, kita dapat menetukan tanaman apa yang sesuai dengan curah hujan diatas dan meminimalisir gagal panen. Gambar diatas menggunakan metode interpolasi yang ada didalam Software Arc GIS. Semoga bermanfaat dan jika ada salah kata mohon dibenarkan dengan Komentar dibawah ini.


Referensi:
Asdak, C. 2002. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press
Indarto. 2013. Analisis Geostatistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MENENTUKAN POLA TANAM MENGGUNAKAM PETA TEMATIK UNTUK MEMINIMALISIR GAGAL PANEN"

Post a Comment