Limbah
merupakan buangan atau sisa yang dihasilkan dari suatu proses atau
kegiatan dari industri maupun domestik (rumah tangga). Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 101 tahun 2014, limbah adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan. Semakin banyak limbah yang dihasilkan akan dapat
menyebabkan dampak terhadap lingkungan. Limbah ynag dihasilkan bisa
berdampak positif dan negatif terhadap lingkungan. Perlu dilakukan
pengolahan limbah untuk mengurangi dampaknya terhadap lingkungan
(Setiawan. 2015).
Limbah
yang mengandung bahan organik tinggi bisa diolah secara biologis dengan
menggunakan mikroorganisme. Pengolahan yang tepat untuk limbah tahu
adalah pengolahan secara anaerobik. Karena pengolahan ini sederhana dan
memerlukan biaya yang rendah, ramah lingkungan dann efisiensinya tinggi
dalam menurunkan kandungan bahan organik. Selain itu, proses anaerobik
juga bisa menghasilkan biogas yang bisa dimanfaatkan sebagai energi alternatif. Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka dilakukan pembuatan biogas dengan
mencampurkan limbah cair tahu dan kotoran sapi dengan komposisi
tertentu.
Pengertian Biogas
Biogas
adalah gas yang dapat terbakar dari hasil fermentasi bahan organik yang
berasal dari daun-daunan, kotoran hewan/manusia, dan lain-lain limbah
organik yang berasal dari buangan industri oleh bakteri anaerob
(Wijayanti, 1993). Pada acara
ini dilakukan pembuatan biogas dari kotoran hewan dengan menggunakan 2
buah inokulan. Kotoran hewan yang digunakan dalam pembuatan biogas ini
adalah kotoran sapi yang masih segar. Inokulan tersebut diisi dengan
isian yang berbeda. Pada inokulan 1 diisi dengan kotoran sapi dan limbah
cair tahu dengan perbandingan 1:1.
Pada acara ini
biogas yang telah dilakukan berat kotoran sapi 5 kg dan limbah cair
tahu sebanyak 5 liter sedangkan untuk inokulan 2 diisi dengan kotoran
sapi dan air dengan perbandingan 1:1. Pada acara
biogas yang telah dilakukan berat kotoran sapi 5 kg dan air sebanyak 5
liter kemudian inokulan tersebut disimpan di tempat yang tertutup.
Setelah proses pembuatan inokulan biogas tersebut, kemudian diberi
kantong plastik sebagai indikasi adanya gas yang dihasilkan oleh
inokulan tersebut. Selama pengamatan selama 7 hari parameter yang diukur
yaitu suhu dan volume gas pada kantong plastik.
Pembahasan
Grafik 1. Perbandingan volume biogas pada pengamatan selama 7 hari
Volume
gas yang dihasilkan kedua inokulan berbeda. Pada hasil pengamatan, gas
yang dihasilkan dari inokulan 1 yaitu campuran kotoran sapi dan limbah
cair tahu lebih banyak daripada inokulan 2 yaitu campuran kotoran sapi
dan air. Hal ini dikarenakan limbah cair tahu mengandung bakteri yang
dapat mempercepat dan meningkatkan proses pembusukan kotoran sapi
sehingga proses pembentukan gas metan juga semakin cepat dibandingkan
dengan air biasa yang tidak mengandung bakteri. Oleh karena itu bakteri
dalam limbah cair tahu sangat membantu proses penghancuran kotoran sapi
sehingga mempercepat proses penguraian pembentukan gas metan.
Prinsip dari proses pembuatan biogas yaitu proses pengolahan limbah pertanian berupa kotoran ternak dengan melakukan fermentasi secara anaerob yaitu menampung kotoran sapi dan difermentasikan pada suatu tempat yang rapat/tertutup. Berdasarkan hasil pengamatan, pada hari ke 4 tidak terdapat gas yang dihasilkan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, karet pengikat selang output inokulan dan kantong plastik kurang rapat dan kantong plastik yang digunakan bocor sehingga gas yang dihasilkan tidak terkumpul dalam kantong plastik dan tidak terdapat volume gas.
Prinsip dari proses pembuatan biogas yaitu proses pengolahan limbah pertanian berupa kotoran ternak dengan melakukan fermentasi secara anaerob yaitu menampung kotoran sapi dan difermentasikan pada suatu tempat yang rapat/tertutup. Berdasarkan hasil pengamatan, pada hari ke 4 tidak terdapat gas yang dihasilkan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, karet pengikat selang output inokulan dan kantong plastik kurang rapat dan kantong plastik yang digunakan bocor sehingga gas yang dihasilkan tidak terkumpul dalam kantong plastik dan tidak terdapat volume gas.
Grafik 2. Suhu Pengamatan selama 7 hari
Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan suhu dan volumenya berbeda setiap
harinya. Wahyuni (2013) menyatakan suhu optimal untuk produksi biogas
adalah 32oC – 37oC. Pada hasil pengamatan, lokasi penyimpanan berada pada kisaran 33oC – 35oC sehingga pada acara ini produksi biogas terdapat pada suhu optimal. Wati
dan Prasetyani (2011) menjelaskan bahwa, suhu mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme dan kecepatan reaksi dalam pembentukan biogas.
Berdasarkan hasil pengamatan, volume biogas tertinggi terdapat pada suhu
35oC yaitu sebanyak 380 ml.
Hasil Pengukuran BOD dan COD
Alerts dan Santika (1987) menyatakan bahwa BOD
adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global
proses mikrobiologis yang benar -benar terjadi dalam air. Pemeriksaan
BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan
untuk mendesain sistem pengolahan secara biologis. Pada acara
yang telah dilakukan, parameter yang diukur yaitu BOD dan COD. Sampel
yang di ukur nilai BOD dan COD yaitu kotoran sapi + limbah cair tahu dan
kotoran sapi + air. Sebelum sampel diukur BOD dan COD nya harus
dilakukan pengukuran DO terlebih dahulu, hal ini dikarenakan untuk
mengetahui kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
menguraikan kotoran sapi.
Pengukuran DO dilakukan 2 kali, yaitu pengukuran DO awal dan DO setelah diinkubasi dalam lemari inkubator selama 5 hari. Selisih dari DO5 dan DO awal inilah yang menjadi kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh bakteri untuk menguraikan kotoran sapi. Berdasarkan hasil perhitungan data, nilai BOD kotoran sapi+limbah cair tahu awal yaitu 373,56 mg/L dan BOD akhirnya yaitu 101,88, sedangkan nilai BOD kotoran sapi+air awal yaitu 373,08 mg/L dan BOD akhirnya yaitu 101,84. Berdasarkan nilai tersebut diketahui bahwa selama penyimpanan sampel di dalam inkubator selama 5 hari mempengaruhi nilai BOD, halini dikarenakan oksigen yang terdapat dalam sampel berkurang karena oksigen dalam sampel digunakan oleh mikroorganisme untuk bertahan hidup. Sugiharto (1987) menyatakan COD adalah banyaknya oksigen dalam ppm yang dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk menguraikan benda organic secara kimiawi. Pengukuran COD pada acara dilakukan pada 2 sampel yaitu kotoran sapi + limbah cair tahu dan kotoran sapi + air.
Pengukuran DO dilakukan 2 kali, yaitu pengukuran DO awal dan DO setelah diinkubasi dalam lemari inkubator selama 5 hari. Selisih dari DO5 dan DO awal inilah yang menjadi kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh bakteri untuk menguraikan kotoran sapi. Berdasarkan hasil perhitungan data, nilai BOD kotoran sapi+limbah cair tahu awal yaitu 373,56 mg/L dan BOD akhirnya yaitu 101,88, sedangkan nilai BOD kotoran sapi+air awal yaitu 373,08 mg/L dan BOD akhirnya yaitu 101,84. Berdasarkan nilai tersebut diketahui bahwa selama penyimpanan sampel di dalam inkubator selama 5 hari mempengaruhi nilai BOD, halini dikarenakan oksigen yang terdapat dalam sampel berkurang karena oksigen dalam sampel digunakan oleh mikroorganisme untuk bertahan hidup. Sugiharto (1987) menyatakan COD adalah banyaknya oksigen dalam ppm yang dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk menguraikan benda organic secara kimiawi. Pengukuran COD pada acara dilakukan pada 2 sampel yaitu kotoran sapi + limbah cair tahu dan kotoran sapi + air.
Berdasarkan hasil perhitungan data, nilai COD kotoran sapi+limbah cair tahu awal yaitu 62.903,3
mg/L dan COD akhirnya yaitu 58.330, sedangkan nilai COD kotoran
sapi+air awal yaitu 62.903,3 mg/L dan COD akhirnya yaitu 8636,67.
Berdasarkan nilai tersebut diketahui nilai COD inokulan 1 (kotoran sapi +
limbah cair tahu lebih besar daripada inokulan 2 (kotoran sapi+air).
Hal ini dikarenakan pada inokulan 1 terdapat limbah cair tahu yang
didalamnya terdapat senyawa kimia yang mempengaruhi nilai COD sehingga
nilai COD inokulan 1 lebih besar dibandingkan dengan inokulan 2.
Kesimpulan yang Didapat
Berdasarkan literatur dan pembahasan pada acara ini kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
- Biogas merupakan hasil proses fermentasi limbah ternak berupa kotoran sapi pada tempat tertutup.
- Gas yang dihasilkan pada inokulan 1 dengan isian campuran limbah cair tahu dan kotoran sapi lebih banyak dibandingkan dengan inokulan 2.
- Suhu optimal untuk produksi biogas adalah 32oC – 37oC.
- Nilai COD inokulan 1 (kotoran sapi + limbah cair tahu lebih besar daripada inokulan 2 (kotoran sapi+air). Hal ini dikarenakan pada inokulan 1 terdapat limbah cair tahu yang didalamnya terdapat senyawa kimia yang mempengaruhi nilai COD sehingga nilai COD inokulan 1 lebih besar dibandingkan dengan inokulan 2.
- Penyimpanan sampel di dalam inkubator selama 5 hari mempengaruhi nilai BOD, hal ini dikarenakan oksigen yang terdapat dalam sampel berkurang karena oksigen dalam sampel digunakan oleh mikroorganisme untuk bertahan hidup.
Vitriani. et al. 2015.Proses Anaerobik Metode Batch. Laporan Praktikum FTP, Jember.
apa bener min limbah buangan dari pabrik bisa di gunakan untuk sebagai pupuk..??
ReplyDeleteSaya pernah mendengar ini dari salah satu teman saya yang bekerja di pabrik..jadi saya hanya ingin memastikannya saja..
Benar bisa bangg
Delete